Minggu, 27 November 2022 22:28:26 WIB
1. Gunung Api
G. Sinabung:
Status Level IV (Awas), secara visual dari kemarin sampai pagi ini Sinabung lebih sering tertutup kabut. Tidak terjadi letusan dan tidak terjadi awan panas guguran. Guguran lava meluncur sejauh 500-1500 ke lereng selatan, tenggara, dan timur.
Rekomendasi:
Masyarakat/pengunjung agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak, dan secara sektoral dari puncak dalam jarak 7 km ke selatan-tenggara, 6 km ke tenggara-timur dan 4 km timur-utara.
VONA:
Kode ORANGE, terbit Tanggal 19 Maret 2017 Pukul 13:41 WIB; terkait erupsi letusan abu mencapai ketinggian 3460 m dari permukaan laut atau 1000 m dari puncak, condong ke arah barat dan baratdaya.
G. Dukono:
Status Level II (Waspada), erupsi secara menerus terjadi. Dari kemarin sampai pagi ini secara visual gunungapi tampak jelas hingga tertutup kabut. Tinggi kolom abu erupsi menerus 300-400 m dari puncak, condong ke arah barat, baratdaya, dan tenggara. Letusan terbesar terjadi sebanyak 5 kali. Terdengar suara gemuruh lemah di Pos Dukono yang berjarak 10 km dari puncak.
Rekomendasi:
Masyarakat di sekitar G. Dukono dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Kawah Malupang Warirang di dalam radius 2 km.
VONA:
Kode ORANGE, terbit 16 Maret 2017 pkl 10:26 WIT; terkait dengan erupsi yg disertai kepulan abu vulkanik setinggi 2029 m di atas permukaan laut atau 800 m dari puncak, kolom abu bergerak mengarah ke tenggara.
Masyarakat/wisatawan/pendaki agar mematuhi Peta Kawasan Rawan (KRB) dari Badan Geologi.
Untuk Gunungapi status Normal: Agar masyarakat/wisatawan/pendaki tidak bermalam dan berkemah di dekat kawah untuk menghindari potensi ancaman gas beracun.
2. Gerakan Tanah
Pada bulan Maret 2017, Gerakan Tanah diperkirakan masih terjadi dari Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara hingga Papua. Kejadian gerakan Tanah diperkirakan dominan di wilayah timur Indonesia.
Gerakan tanah terakhir terjadi di 1. Kabupaten Bantul, DIY,
2. Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, 3. Gunungkidul, DIY.
Penyebab:
Penyebab gerakan tanah karena curah hujan yang tinggi dengan durasi lama, sifat tanah yang gembur dan menambah beban bila terkena hujan, drainase yang kurang baik.
Dampak:
1. Empat rumah terancam, satu rumah tertimpa longsor
2. Akses jalan terganggu,
3. Satu jembatan ambrol
Peta prakiraan potensi gerakan tanah dari Badan Geologi perlu diacu sebagai peringatan dini. Masyarakat dapat mengunduh melalui www.vsi.esdm.go.id.
3. Gempa Bumi
Gempa Bumi di Tenggara Maluku Barat Daya
Gempa bumi terjadi pada hari Senin, 20 Maret 2017, pukul 22:55:56 WIB. Pusat gempa bumi berada pada koordinat 128,25° BT dan 7,87° LS dengan magnitudo 5,0 pada kedalaman 144 km berjarak 211 km tenggara Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Sejauh ini tidak ada korban jiwa dan kerusakan akibat Gempabumi.
Penyebab : diduga berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia di bawah Laut Banda.
Rekomendasi: masyarakat untuk tetap tenang, namun tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan. Gempa ini tidak menimbulkan tsunami.
Penurunan tingkat aktivitas G. Sinabung dari Level IV (Awas) menjadi Level III (Siaga), 20 Mei 2019
Peningkatan Aktivitas Gunung Api Ili Lewotolok, NTT dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada)
Pers Rilis Peningkatan Status G. Anak Krakatau Kamis 27 Desember 2018