Selasa, 31 Desember 2019 14:54:21 WIB
Gunungapi Anak Krakatau, terletak di Selat Sunda adalah gunungapi strato tipe A dan merupakan gunungapi muda yang muncul dalam kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari Kompleks Vulkanik Krakatau. Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunungapi masih di bawah permukaan laut. Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak tahun 1929. Sejak saat itu hingga kini G. Anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar).
Saat ini G. Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 156.9 meter dari muka laut. Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi efusif berupa aliran lava. Terjadi beberapa kali erupsi sejak 20 Juni 2016 hingga 29 Juni 2018, berupa letusan strombolian. Terjadi perubahan pola letusan pada 27 Desember 2018 yaitu terjadinya letusan-letusan dengan onset yang tajam. Dari pengamatan nampak bahwa letusan Surtseyan terjadi di sekitar permukaan air laut.
Tingkat aktivitas G. Anak Krakatau adalah Level II (Waspada) sejak 25 Maret 2019.
Data Pemantauan:
1) Visual, Pengamatan visual selama tiga bulan terakhir (Oktober – Desember 2019) menunjukkan masih terjadinya aktivitas erupsi. Tinggi kolom erupsi adalah 150 – 200 m dari dasar kawah selama periode Oktober hingga pertengahan November 2019. Terjadi peningkatan tinggi kolom erupsi pada 30 dan 31 Desember 2019 menjadi 1000 – 2000 m dari atas puncak, Kolom erupsi berwarna putih tebal, menunjukkan dominasi gas/uap air, disertai material batuan berukuran abu yang terbawa ke permukaan.
2) Kegempaan, Kegempaan didominasi oleh gempa-gempa permukaan (Hembusan dan letusan). Gempa – gempa vulkanik (Vulkanik Dangkal, Vulkanik Dalam, Low Frequency dan Tremor) masih terjadi dengan jumlah berfluktuasi dan di atas kondisi normal.
3) Deformasi, Pengamatan deformasi dengan menggunakan tiltmeter berfluktuasi dan menunjukkan pola inflasi kecil menjelang kejadian erupsi 30 dan 31 Desember 2019. Pada periode Oktober – November 2019 pengamatan rekaman tiltmeter menunjukkan kondisi stabil.
Analisis:
1) Gempa-gempa letusan dan gempa vulkanik selama tiga bulan terakhir menunjukkan masih adanya suplai fluida dari kedalaman. Jenis fluida diduga didominasi oleh gas/uap air namun belum signifikan.
2) Pengamatan energi gempa berfluktuasi dan secara umum menunjukkan kenaikkan dalam dua hari terakhir, berkaitan dengan erupsi pada 30 dan 31 Desember 2019. Namun demikian, kenaikkan ini jauh lebih kecil dibandingakan dengan energi pada rangkaian erupsi Desember 2018 – Januari 2019. Fluktuasi pada grafik energi gempa mengindikasikan masih terjadinya migrasi fluida dengan intensitas relatif rendah. Migrasi fluida ini terdeteksi juga dari kenaikkan nilai tiltmeter menjelang erupsi.
Potensi bahaya:
Hampir seluruh tubuh G. Anak Krakatau yang berdiameter ± 2 Km dan area di sekitarnya merupakan kawasan rawan bencana. Berdasarkan data-data visual dan instrumental, potensi bahaya dari aktivitas G. Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental hingga 31 Desember 2019, hingga saat ini tidak ada peningkatan ancaman, tingkat aktivitas vulkanik G. Anak Krakatau masih tetap pada Level II (Waspada).
Rekomendasi:
Masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 2 Km dari kawah/puncak G. Anak Krakatau atau di sekitar kepulauan Anak Krakatau, sedangkan area wisata Pantai Carita, Anyer, Pandeglang dan sekitarnya, serta wilaya Lampung Selatan masih aman dari ancaman bahaya aktivitas G. Anak Krakatau.
Sumber Data:
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Aktivitas Vulkanik Gunungapi Gede Pasca Gempa Cianjur 21 November 2022
Press Release Aktivitas vulkanik G. Gamalama 14 September 2022