Press Release Evaluasi Aktivitas G. Karangetang, Pulau Siau, Sulawesi Utara 5 Februari 2019
Selasa, 05 Februari 2019 16:48:37 WIB
Press Release Evaluasi Aktivitas G. Karangetang, Pulau Siau, Sulawesi Utara 5 Februari 2019
G.
Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara merupakan
salah satu gunungapi di Indonesia yang paling sering erupsi. Erupsi
terakhirnya terjadi pada tahun 2016 dimana pusat erupsinya saat itu di
Kawah Utama (Kawah Selatan) dan ancaman bahaya utamanya berupa guguran
lava maupun awan panas guguran ke arah Timur-Tenggara dan Baratdaya.
Pada erupsinya di tahun 2015, dilakukan evakuasi Desa Kola-kola di
Wilayah Bebali (sebelah Timur-Tenggara G. Karangetang). Pasca evakuasi,
desa ini terlanda awan panas guguran sehingga kemudian desa ini
direlokasi. Setelah 2 tahun tidak erupsi, kini G. Karangetang kembali
menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik sejak akhir bulan November
2018 dimana aktivitasnya berpusat di Kawah Dua (Kawah Utara), dengan
deskripsi sebagai berikut:
(1) G. Karangetang mengalami
peningkatan signifikan aktivitas kegempaan dengan konten frekuensi
tinggi (vulkanik dalam maupun dangkal) secara cepat sejak 22-23 November
2018 lalu. Peningkatan kegempaan ini diikuti oleh penurunan drastis
aktivitas kegempaan frekuensi tinggi pada 24 November 2018. Penurunan
tajam kegempaan frekuensi tinggi diikuti oleh terekamnya citra panas
(Hot Spot) oleh satelit Modis pada 25 November 2018 pukul 01:10 WITA,
sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan tajam kegempaan frekuensi
tinggi mengindikasikan bahwa magma telah sampai ke permukaan kawah.
Sejak saat itu, efusi lava yang disertai pertumbuhan kubah lava hingga
guguran lava dan awan panas guguran terus berlangsung.
(2)
Kegempaan G. Karangetang didominasi oleh gempa-gempa dengan konten
frekuensi rendah yang berkaitan dengan aliran fluida magmatik dari
kedalaman hingga ke permukaan. Dalam 2 bulan terakhir kegempaan hembusan
maupun guguran terus terekam dengan jumlah yang berfluktuasi antara
sekitar 30 hingga 240 gempa per hari. Kegempaan guguran mengalami
peningkatan tajam pada 3 Februari 2019. Peningkatan kegempaan guguran
tersebut berkontribusi pada penambahan jangkauan guguran lava maupun
awan panas guguran.
(3) Pemantauan visual menunjukkan bahwa
aktivitas G. Karangetang saat ini berpusat di Kawah Dua (Kawah Utara)
dan didominasi oleh aktivitas bertipe efusif yaitu berupa aliran dan
guguran lava dominan ke arah Baratlaut-Utara. Saat ini guguran lava
maupun awan panas guguran teramati keluar dari Kawah Dua mengarah ke
Kali Sumpihi (barat) sejauh lk. 1000 m, ke Kali Batuare
(Baratlaut-Utara) sejauh lk. 1000 – 2000 m dan ke kali Malebuhe
(Baratlaut-Utara) sejauh lk. 2500 – 2900 m.
(4) Citra satelit
termal Modis secara rutin merekam adanya anomali panas di area Kawah Dua
hingga ke lereng arah Baratlaut-Utara dengan daya berkisar 1-100 MW.
Citra satelit mengindikasikan bahwa aktivitas erupsi efusif G.
Karangetang saat ini berlangsung secara intensif dan belum menunjukkan
indikasi penurunan.
(5) Saat ini erupsi yang paling dominan
terjadi di G. Karangetang bersifat efusif (guguran lava dan awan panas
guguran) namun juga berpotensi untuk disertai erupsi eksplosif skala
kecil seperti erupsi tipe strombolian (erupsi dengan lontaran batu/lava
pijar disertai abu). Saat ini, indikasi untuk terjadinya erupsi
eksplosif dengan skala besar belum teramati.
Data pemantauan
menunjukkan bahwa jangkauan guguran lava maupun awan panas guguran
berpotensi untuk bertambah terus hingga ke laut karena data kegempaan
masih mengindikasikan adanya efusi lava menerus dari Kawah Dua.
Berdasarkan
analisis data pemantauan dan evaluasi potensi bencananya maka Status
G. Karangetang masih tetap berada di Level III (Siaga), namun dilakukan
perubahan penambahan zona bahayanya. Dalam status Level III (Siaga),
direkomendasikan sebagai berikut:
1. Masyarakat dan
pengunjung/wisatawan agar tidak mendekati, tidak melakukan pendakian dan
tidak beraktivitas di dalam zona perkiraan bahaya yang meliputi radius
2.5 km dari puncak Kawah Dua (utara) dan Kawah Utama (selatan) dan area
perluasan sektoral dari puncak kearah Barat-Barat laut sejauh 3 km dan
ke arah Baratlaut-Utara sejauh 4 km.
2. Masyarakat di sekitar G.
Karangetang yang berada di area Barat laut-Utara dari Kawah 2, di
antaranya Kampung Niambangeng, Kampung Beba dan Kampung Batubulan agar
dievakuasi ke tempat yang aman dari ancaman guguran lava atau awan
panas guguran G. Karangetang yaitu di luar zona perkiraan bahaya
tersebut di poin (1).
3. Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran
sungai-sungai yang berhulu dari puncak G. Karangetang agar meningkatkan
kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang
dapat mengalir hingga ke laut.
4. Masyarakat disekitar G. Karangetang
dianjurkan agar senantiasa menyiapkan masker penutup hidung dan mulut
untuk mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika
terjadi hujan abu.
5. Masyarakat di sekitar G. Karangetang diharap
untuk tetap tenang, tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi G.
Karangetang yang tidak jelas sumbernya dan selalu mengikuti arahan dari
BPBD Kabupaten Sitaro.
6. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Badan Geologi terus berkoordinasi dengan BNPB, BPBD Provinsi
Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro dalam memberikan informasi
tentang perkembangan aktivitas G. Karangetang.
Sumber Data:
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral