Penurunan Status Gunungapi Agung, Bali dari Level IV (AWAS) ke Level III (SIAGA) Tanggal 29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA
Minggu, 27 November 2022 22:28:26 WIB
1. Evaluasi
- Pasca kenaikan status ke Level IV (Awas), pengamatan visual G. Agung dari Pos PGA Agung di Rendang menunjukkan adanya asap dari bibir kawah hingga setinggi 1500 meter dari bibir kawah dengan intensitas putih tipis sampai sedang dengan tekanan lemah dan mulai mengalami penurunan pada tanggal 20 Oktober 2017 dengan asap dari bibir kawah hingga setinggi 50-500 meter dari bibir kawah dengan intensitas putih tipis sampai tebal dengan tekanan lemah.
- Pasca kenaikan status ke Level IV (Awas), tingkat kegempaan G. Agung secara umum tampak masih menunjukkan peningkatan yang signifikan. Gempa Vulkanik Dalam (VA) yang mengindikasikan
proses peretakan
batuan di dalam tubuh gunungapi yang diakibatkan
oleh
tekanan fluida magmatik dari kedalaman. Sejak 20
Oktober 2017 kegempaan terus menurun jumlahnya
dengan
amplituda berkisar 4-8
mm. Gempa Vulkanik Dangkal
(VB)
juga mulai terekam
menurun jumlahnya
secara
konsisten sejak 20 Oktober 2017 dengan amplituda kegempaan vulkanik
berkisar antara
3-8 mm.Aktivitas Gempa Tektonik
Lokal
yang mengindikasikan perubahan stress pada struktur (sesar) di sekitar G. Agung
akibat pergerakan magma
masih terekam dengan jumlah yangrelatif menurun
secara konsisten dengan amplituda berkisar 5-8
mm.
- Analisis pola perubahan energi seismik untuk periode krisis Gunung Agung kali ini mengindikasikan bahwa penurunan yang terjadi
mengalami percepatan yang semakin lambat dan cenderung mengarah ke fase relaksasi.
- Pemantauan secara visual dengan menggunakan drone yang dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2017
menunjukkan
aktivitas hembusan gas
di dalam
kawah relatif
menurun intensitasnya dibanding dengan kondisi sebelumnya
yaitu pada 20 Oktober 2017.
- Pemantauan termal
dengan menggunakan citra
satelit Sentinel-2 selama bulan September dan Oktober 2017 merekam anomali termal berupa titik-titik
tembusan gas. Intesitas anomali termal pada bulan Oktober 2017 cenderung menurun dibanding dengan bulan September 2017. Citra Satelit ASTER TIR juga mengindikasikan adanya penurunan luas
area panas di dalam Kawah Gunung Agung.
2.
Potensi
Bahaya- Sejarah aktivitas erupsi G. Agung dicirikan oleh erupsi-erupsi yang bersifat eksplosif dan efusif dengan pusat
kegiatan di G. Agung yang terletak di dalam
Kawah G. Agung
- Berdasarkan sejarahnya, jika terjadi letusan G. Agung seperti pada tahun
1963 maka potensi bahaya yang mungkin terjadi dapat berupa lontaran
piroklastik (bom vulkanik/batu panas), hujan abu, aliran piroklastika, aliran lava, hingga banjir lahar. Jika terjadi letusan, potensi bahaya primer yang dapat terjadi di dalam radius 9
km berupa jatuhan piroklastik dengan ukuran sama atau lebih besar dari 6 cm.
-
Hasil pemodelan potensi sebaran hujan abu menunjukkan bahwa jika terjadi letusan saat ini dengan asumsi indeks eksplosivitas letusan VEI III maka sektor Barat, Baratlaut
dan
Utara dari G. Agung adalah sektor yg paling
terancam. Sektor tersebut berpotensi terlanda hujan abu lebat dengan
ketebalan maximum mencapai 1.6 meter (hingga jarak 15 km dari Puncak
Gunung Agung) dan ketebalan maximum 0.4 meter (hingga jarak 30 km dari Puncak Gunung Agung).
- Hasil pemodelan potensi aliran piroklastik
(Awan Panas) dengan
asumsi
bahwa letusan pembuka memiliki volume letusan 10 juta m3, maka aliran
piroklastika
dapat berpotensi meluncur
ke sektor
Utara-Timurlaut, Tenggara,
dan Selatan-Baratdaya dengan jangkauan sekitar 10 km dalam waktu
kurang dari 3 menit. Namun jika volume letusan melebihi 10 juta m3, maka aliran
piroklastika
dapat berpotensi meluncur
ke sektor
Utara-Timurlaut, Tenggara,
dan Selatan-Baratdaya dengan jangkauan
melebihi 10
km.
Oleh karena itu, ke depan PVMBG dapat mengubah rekomendasi gunungapi sesuai dengan perkembangan data pemantauan terbaru.
-
Ancaman bahaya aliran piroklastik (Awan Panas) tersebut di atas maupun
aliran lava utamanya berada pada sektor utara lereng G. Agung terutama di daerah aliran
sungai Tukad Tulamben, Tukad
Daya,
Tukad
Celagi yang
berhulu di area bukaan kawah, pada sektor Tenggara terutama
di
daerah aliran Sungai
Tukad Bumbung, dan
pada sektor Selatan-Baratdaya terutama
di daerah Pati, Tukad Panglan, dan Tukad Jabah.
3. Kesimpulan
- Berdasarkan hasil analisis data visual dan kegempaan serta mempertimbangkan
potensi ancaman
bahayanya,
maka pada
tanggal 29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA status G. Agung diturunkan dari Level IV
(Awas) ke Level III (Siaga).
- Meskipun status
aktivitas Gunungapi Agung telah diturunkan ke Level III
(Siaga) namun perlu dipahami bersama bahwa aktivitas vulkanik Gunungapi Agung belum mereda sepenuhnya dan masih
memiliki potensi untuk meletus.
4. Rekomendasi
-
Masyarakat di sekitar
G. Agung dan
pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak
melakukan
pendakian
dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah G. Agung dan
di seluruh
area di dalam radius 6 km
dari Kawah Puncak G. Agung dan
ditambah perluasan sektoral ke
arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-
Baratdaya sejauh 7.5 km. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat
diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan G. Agung yang paling aktual/terbaru. Daerah yang
terdampak antara lain Dusun Br. Belong, Pucang, dan Pengalusan (Desa Ban); Dusun Br. Badeg Kelodan,
Badeg Tengah, Badegdukuh,
Telunbuana, Pura, Lebih dan Sogra (Desa Sebudi); Dusun Br. Kesimpar, Kidulingkreteg, Putung, Temukus, Besakih dan Jugul (Desa Besakih); Dusun Br. Bukitpaon dan Tanaharon (Desa Buana Giri);
Dusun Br. Yehkori,
Untalan, Galih dan Pesagi (Desa
Jungutan);
dan sebagian wilayah Desa Dukuh.
-
Jika erupsi
terjadi
maka potensi
bahaya lain yang
dapat
terjadi
adalah
terjadinya hujan abu lebat yang melanda seluruh Zona Perkiraan Bahaya. Hujan
abu lebat
juga dapat meluas
dampaknya
ke luar
Zona
Perkiraan Bahaya bergantung pada arah dan kecepatan angin. Pada saat
rekomendasi
ini diturunkan, angin bertiup dominan ke arah Selatan-Tenggara. Oleh karena
itu, diharapkan agar
hal ini dapat diantisipasi sejak dini terutama dalam menentukan lokasi pengungsian.
- Mengingat adanya potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut (ISPA) pada manusia maka diharapkan seluruh
masyarakat, utamanya yang bermukim di sekitar G. Agung maupun
di
Pulau Bali,
segera menyiapkan masker
penutup hidung dan mulut
maupun pelindung mata sebagai upaya antisipasi potensi bahaya abu vulkanik.
-
Pemerintah Daerah beserta jajarannya maupun BNPB agar segera
membantu
dalam membangun jaringan
komunikasi melalui telepon
seluler (Grup WhatsApp) maupun komunikasi melalui
radio terintegrasi untuk mengatasi
keterbatasan sinyal telepon seluler di antara pihak-pihak terkait
mitigasi bencana letusan G.
Agung. Diharapkan agar proses diseminasi
informasi yang rutin dan
cepat dapat terselenggara dengan baik.
- Seluruh pemangku kepentingan di sektor penerbangan agar terus mengikuti perkembangan aktivitas G. Agung secara rutin
karena
data pengamatan dapat
secara cepat
berubah sehingga upaya-upaya preventif
untuk menjamin keselamatan udara dapat dilakukan.
- Seluruh
pihak agar
menjaga kondusivitas
suasana
di Pulau
Bali,
tidak menyebarkan berita bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi G. Agung yang tidak jelas sumbernya.
- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi terus
berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah, BNPB,
BPBD Provinsi Bali dan BPBD Kabupaten Karangasem dalam memberikan informasi tentang aktivitas G. Agung.
- Masyarakat di sekitar G. Agungdan pendaki/pengunjung/wisatawan diharap
untuk tetap tenang namun tetap menjaga kewaspadaan dan
mengikuti himbauan Pemerintah Daerah,
Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD
Provinsi/Kabupaten/Kota beserta aparatur
terkait lainnya sesuai dengan
rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, Badan Geologi sehingga
jika
diperlukan
upaya-upaya
mitigasi strategis yang cepat,
dapat dilakukan dengan segera dan tanpa
menunggu waktu yang lama.
- Seluruh masyarakat
maupun Pemerintah
Oaerah, BNPB, BPBO Provinsi Bali, BPBD Kabupaten
Karangasem, dan instansi terkait lainnya dapat memantau
perkembangan tingkat aktivitas maupun rekomendasi G. Agung setiap saat melalui aplikasi MAGMA Indonesia
yang dapat diakses
melalui website https://magma.vsi.esdm.go.id atau melalui
aplikasi Android MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Play. Partisipasi masyarakat juga sangat
diharapkan dengan melaporkan
kejadian-kejadian yang berkaitan
dengan aktivitas G. Agung melalui fitur Laper Bencana. Para pemangku kepentingan di sektor penerbangan dapat mengakses fitur VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation.
Sumber Data:Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral